"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 169).
“Wahai orang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidik (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menyebabkan kamu menyesali perkara yang kamu lakukan.” (Surah al-Hujurat, ayat 6)
Di kemaskini post pada 04/02/2021 Pada jam 23:40pm Kuala Lumpur

Sunday, October 24, 2010

HUKUM NYANYIAN ATAU LAGU

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum menyanyi, apakah haram atau diperbolehkan, walaupun saya mendengarnya hanya sebatas hiburan saja ? Apa hukum memainkan alat musik rebab dan lagu-lagu klasik ? Apakah menabuh genderang saat perkawinan diharamkan, sedangkan saya pernah mendengar bahwa hal itu dibolehkan ? Semoga Allah memberimu pahala dan mengampuni segala dosamu.
Jawaban.
Sesungguhnya mendengarkan nyanyian atau lagu hukumnya haram dan merupakan perbuatan mungkar yang dapat menimbulkan penyakit, kekerasan hati dan dapat membuat kita lalai dari mengingat Allah serta lalai melaksanakan shalat. Kebanyakan ulama menafsirkan kata lahwal hadits (ucapan yang tidak berguna) dalam firman Allah dengan nyanyian atau lagu.
“Artinya : Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan ucapan yang tidak berguna”.[Luqman : 6]
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bersumpah bahwa yang dimaksud dengan kata lahwul hadits adalah nyanyian atau lagu. Jika lagu tersebut diiringi oleh musik rebab, kecapi, biola, serta gendang, maka kadar keharamannya semakin bertambah. Sebagian ulama bersepakat bahwa nyanyian yang diiringi oleh alat musik hukumnya adalah haram, maka wajib untuk dijauhi. Dalam sebuah hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau berpendapat.
“Artinya : Sesungguhnya akan ada segolongan orang dari kaumku yang menghalalkan zina, kain sutera, khamr, dan alat musik”.[1]
Yang dimaksud dengan al-hira pada hadits di atas adalah perbuatan zina, sedangkan yang dimaksud al-ma’azif adalah segala macam jenis alat musik. Saya menasihati anda semua untuk mendengarkan lantunan al-Qur’an yang di dalamnya terdapat seruan untuk berjalan di jalan yang lurus karena hal itu sangat bermanfaat. Berapa banyak orang yang telah dibuat lalai karena mendengar nyanyian dan alat musik.
Adapun pernikahan, maka disyariatkan di dalamnya untuk membunyikan alat musik rebana disertai nyanyian yang biasa dinyanyikan untuk mengumumkan suatu pernikahan, yang didalamnya tidak ada seruan maupun pujian untuk sesuatu yang diharamkan, yang dikumandangkan pada malam hari khusus bagi kaum wanita guna mengumumkan pernikahan mereka agar dapat dibedakan dengan perbuatan zina, sebagaimana yang dibenarkan dalam hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sedangkan genderang dilarang membunyikannya dalam sebuah pernikahan, cukup hanya dengan memukul rebana saja. Juga dalam mengumumkan pernikahan maupun melantunkan lagu yang biasa dinyanyikan untuk mengumumkan pernikahan tidak boleh menggunakan pengeras suara, karena hal itu dapat menimbulkan fitnah yang besar, akibat-akibat yang buruk, serta dapat merugikan kaum muslimin. Selain itu, acara nyanyian tersebut tidak boleh berlama-lama, cukup sekedar dapat menyampaikan pengumuman nikah saja, karena dengan berlama-lama dalam nyanyian tersebut dapat melewatkan waktu fajar dan mengurangi waktu tidur. Menggunakan waktu secara berlebihan untuk nyanyian (dalam pengumuman nikah tersebut) merupakan sesuatu yang dilarang dan merupakan perbuatan orang-orang munafik.
[Bin Baz, Mjalah Ad-Dakwah, edisi 902, Syawal 1403H]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerbit Darul Haq]
_________
Foote Note
[1] Al-Bukhari tentang minuman dalam bab ma ja’a fi man yastahillu al-khamr wa yusmmihi bi ghairai ismih

3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh, benar-benar akan ada dari ummatku kaum-kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr (minuman keras) dan ma’aazif.” Ma’aazif adalah musik. (HR. Al-Bukhariy dan Abu Dawud)
Makna hadits ini adalah akan datang dari kalangan muslimin kaum-kaum yang berkeyakinan bahwa zina, memakai sutera murni, meminum khamr (yaitu segala sesuatu yang memabukkan) dan musik adalah halal, padahal semuanya itu adalah haram.
Sedangkan ma’aazif adalah semua alat musik yang mempunyai nada dan suara yang teratur seperti kecapi, gitar, piano, seruling, drum, gendang, rebana dan lain-lainnya. Bahkan lonceng pun termasuk ma’aazif, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَلْجَرَسُ مَزَامِيْرُ الشَّيْطَانِ
“Lonceng adalah seruling syaithan.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa lonceng tersebut dibenci karena suaranya dan dahulu orang-orang mengalungkannya di leher-leher binatang. Sesungguhnya lonceng ini serupa dengan An-Naaquus (semacam kentongan atau gong) yang dipergunakan orang-orang Nashara. Dan penggunaan lonceng di rumah, sekolah-sekolah dan selainnya dapat digantikan dengan suara bul-bul (nama burung) yaitu suatu alat yang dijual di pasar-pasar.
Kesemua 4 mazhab mengatakan muzik adalah tidak baik dan haram. Imam Syafie mengharamkan 6 jenis alat muzik. Ke empat-empat mazhab sepakat muzik haram hukumnya. Cuma ilmuan dan cendekiawan islam sekarang yang mengharuskannya. Pendapat yang mengharuskan muzik ini adalah bertentangan dengan pendapat mazhab. Mengikut kitab Resmul Mufti ,sesuatu fatwa yang dikeluarkan adalah tidak terpakai sekiranya ia bertentangan dengan pendapat mazhab, terutamanya bila semua mazhab sebulat suara mengeluarkan pendapat yang sama.
so kalau nasyid pula? faham2lah dan fikirkanlah.. 

4 Rahsia Mencapai Makrifat Kepada Allah s.w.t

1.     Meletakkan seluruh perhatian untuk mendapat makrifatullah dan membina kemahuan yang tinggi untuk sampai kepada Allah SWt. Ia  hanya dapat dilakukan dengan cara berikut:
o    Mengingati Allah SWT semata-mata melalui zuhud dan tawaduk.
o    Menundukkan sifat kebinatangan seperti nafsu syahwat dan sifat amarah. Memperbanyakkan puasa untuk mengekang nafsu syahwat dan memperbanyakkan amal soleh serta berfikir.
o    Melengkapkan jiwa untuk menerima gambaran secara rasional. Hal ini boleh terlaksana dengan cara berfikir dan membuat kajian ilmiah yang diharuskan. Hal ini boleh dicapai dengan latihan, mujahadah dan pimpinan ulamak yang mursyid dan arif.
2.     Berusaha menjauhkan dunia sepenuhnya dari hati bertajarrud ( membersihkan hati ), yakin kepada Allah SWT dan kekuasaanNya serta berbaik sangka kepada Allah SWT.
3.     Memperolehi sesuatu ( الإشراق )  dan terbuka hati untuk menerima hakikat ketuhanan ( التجلى  ). Hal ini menjadi sempurna dengan jalan berfikir tentang kejadian langit dan bumi, pertukaran siang dan malam serta melakukan zikrullah dengan menghadirkan hati. hal ini bertepatan dengan firman Allah SWT :
Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan    siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah)    bagi orang-orang yang berakal;(190)(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan   mengingati Allah sesama mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): “Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka.” Surah Ali Imran  ayat 190&191.
4.Peringkat Pembersihan Hati  ( التزكية ) iaitu seseorang yang arif itu melupakan segala-galanya termasuk dirinya sendiri, dia tidak merasai kewujudan sesuatu pun melainkan Allah SWT. Maqam ini disebut Maqam Al-Irfan.
Tazkiah Nufus.m/s: 69.

Pembentukan Jiwa Remaja Yang BertaQwa

Pembentukan jiwa remaja yang bertaqwa merupakan satu tanggungjawab yang mesti dipikul oleh semua pihak, selain daripada tanggungjawab peribadi orang yang berkenaan itu sendiri. Dengan pembentukan jiwa yang bertaqwa dalam golongan remaja maka keluarga yang bertaqwa dan masyarrakat bertaqwa boleh dijayakan; kalau sebaliknya maka keluarga dan masyarakat demikian tidak boleh dijayakan; ini kerana golongan remaja adalah mereka yang mewarisi segalanya dari generasi yang terdahulu daripada mereka.
2.       Yang dimaksudkan golongan remaja ialah mereka yang berada dalam had umur yang di bawah daripada tiga puluhan tahun; tetapi dalam penggunaan biasa sekarang mereka itu adalah golongan yang berada dalam belasan tahun dan sebelum tiga puluh tahun; bahkan ada yang menghadkannya kepada belasan tahun. Bagaimanapun pembahagiannya belia atau remaja yang akil baligh dalam Islam dianggap mukallaf iaitu bertanggungjawab tentang amalan-amalannya, dan ia mendapat pahala dengan kebaikan yang dilakukannya dan dosa dengan kejahatan yang dilakukannya.
Ketaqwaan
3.          Ketaqwaan sedemikian pentingnya sehingga al-Quran menyebutnya beberapa kali. Antaranya:
a.    Surah Al-Baqarah ayat 189, ayatnya bermaksud “dan bukanlah kebaktian memasuki rumah-rumah dari belakangnya (sebagaimana yang dilakukan oleh Orang Arab Jahiliah pada musim haji) tetapi kebaktian (yang sebenar-benar kebaktian itu ialah) kebaktian orang yang bertaqwa”;
b.    Surah al-Baqarah ayat 203, maksudnya “dan berzikirlah dengan menyebut Allah dalam beberapa hari yang terbilang; barangsiapa ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu) maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertaqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahawa kamu akan dikumpulkan kepadaNya.
c.    Surah ali-‘Imran ayat 76, maksudnya “(Bukan demikian) sebenarnya sesiapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.
d.    Dalam Surah al-Baqarah ayat 65 ada ayat yang bermaksud “Dan sekiranya Ahlil-Kitab beriman dan bertaqwa tentulah Kami tutup (atau hapuskan) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam Syurga-syurga yang penuh ni’mat”.
e.    Surah al A’raf ayat 96 terdapat ayat yang bermaksud: “kalau sekiranya para penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa nescaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami ) maka Kami siksakan mereka kerana perbuatan yang mereka lakukan.”
f.    Dalam surah yang sama ayat 201 ada ayat yang bermaksud “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari Syaitan mereka ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”
g.    Surah an-Nahl ayat 128, ayatnya bermaksud “Sesungguhnya Allah berserta dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang melakukan kebaikan.”
h.    Dalam Surah Maryam ayat 72 ayatnya bermaksud “Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang zalim dalam Neraka dalam keadaan berlutut.”
i.    Surah at-Tahrim ayat 6, ayatnya bermaksud “Hai orang-orang yang beriman, peliharakanlah diri kamu dan ahli kamu (dengan bertaqwa-sebab dari “pelihara” itu timbul taqwa) dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu…”
j.    Surah Al-Anfal ayat 29, ayatnya bermaksud “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, nescaya Ia akan memberikan kepada kamu “furqan” – pembeza antara yang benar dan salah dan yang hak dan batil – dan menghapuskan segala kesalahan kamu dan mengampuni (dosa-dosa kamu) Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.”
Dan banyak lagi ayat-ayat tentang kewajipan bertaqwa itu.
4.          Antaranya juga sebutan tentang taqwa sebagai bekalan terbaik:
a.    memaaf itu lebih dekat kepada ketaqwaan (Surah al-Baqarah ayat 197)
b.    suruhan supaya tolong menolong dalam ketaqwaan dan kebaikan bukan tolong menolong dalam dosa dan perseteruan (al-Baqarah.237)
c.    dan kesudahan yang baik adalah bagi mereka yang bertaqwa (al-Ma’idah.3)
d.    Quran itu bimbingan bagi mereka yang bertaqwa (A’raf.127);
e.    secara ringkas semua kebaikan adalah bagi mereka yang bertaqwa, dan kejahatan dan kebinasaan adalah bagi mereka yang tidak bertaqwa. Dengan itu ketaqwaan adalah kunci semua kejayaan dunia dan akhirat.
5.       Yang dimaksudkan ketaqwaan di atas ialah melakukan suruhan Allah dan menjauhkan larangan-laranganNya. Dengan itu ianya kadang-kadang diterjemahkan sebagai takutlah kepada Allah, atau jagalah diri daripada kejahatan, atau laksanakanlah tugas-tugas, atau kasihkan Allah, atau sedar tentang Allah (“God consciousness). Ianya takut bercampur dengan kasih dan penghormatan yang teramat sangat.
Bagaimana Membina ketaqwaan
6.          Ketaqwaan adalah kurnia Allah kepada para hambaNya yang dikasihinya. Yang boleh dilakukan oleh seseorang itu ialah mukaddimahnya; iaitu antaranya dengan membentuk kefahaman yang benar tentang aqidah Ahlis-Sunnah wal-jamaah yang merupakan satu-satunya sahaja aqidah yang benar berdasarkan kepada Quran, Sunnah dan ijma’ ulama dalam umat ini.
Mengenal Sifat-Sifat Allah
7.          Hendaklah pengetahuan tentang Allah diketahui dengan baik dengan sifat-sifatNya: AdaNya, SedakalaNya, KekalNya, Menyalahi Yang BaharuNya, Berdiri SendiriNya, WahdaniyahNya, Sifat IlmuNya, HayatNya, KuasaNya, KehendakNya, MendengarNya, MelihatNya, Berkata-kataNya. Ini mesti diketahui dengan jelas dan yakin.
8.          Hendaklah diketahui Ianya Maha Melihat, maka kita mesti memerhatikan diri kita supaya selalu taat kepadaNya dan tidak derhaka kepadaNya. Kalau tersilap derhaka hendaklah dengan segera bertaubat kepadaNya dan jangan tangguhkan lagi taubat itu, sebab menangguh-nangguhkan taubat adalah satu dosa yang lan pula. Juga hendaklah diketahui SifatNya Mengintai dan memerhati hambaNya – ar-raqib; dengan itu hendaklah hamba menjaga segala perbuatan dan tutur katanya. Juga hendaklah diketahui dan diyakini bahawa Ia Maha Kuasa dan Maha Hebat, dengan itu timbul gerun dalam hati untuk derhaka kepadaNya. Hendaklah diketahui Ia Maha Pemurah dalam memberikan kurnia dan memberikan pahala, tetapi dalam masa yang sama paling Kuat MarahNya dan Berat AzabNya. Dengan itu kita mengharapkan pahalaNya dengan melakukan kebajikan dan kita meninggalkan kejahatan untuk mengelak diri daripada dosa dan azab. Nau’dhu billahi min dhalik.
9.          Hendaklah kita mengetahui perjalanan mereka yang solih bagaimana mereka selamat dengan taat kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, dan bagaimana pula mereka yang derhaka itu terkena bala dan dihukum di Akhirat.
10.          Hendaklah juga kita mengenali sejarah dan memerhatikan bagaimana bangsa-bangsa dan orang-orang perseorangan yang taat selamat dan mereka yang mengamalkan nilai-nilai yang jahat binasa dan musnah.
Perlaksanaan Tugas-Tugas Kerohanian:
11.     Juga hendaklah kita menjaga ketaqwaan kita dengan menjalankan tugas-tugas kerohanian kita seperti sembahyang, puasa, zakat dan lainnya, termasuk membaca Quran dengan memahami maknanya dan juga mengingati nama-nama Allah dengan mengamalkan zikir-zikir dan wirid-wirid serta doa-doa .
12.          Sembahyang itu hendaklah dilakukan dengan menyempurnakan bersuci, wudhu dan tayammumnya (bila diperlukan). Sembahyang yang sah ialah sembahyang dengan menunaikan rukun tiga belasnya seperti niatnya yang betul, bacaan fatihahnya yang sah, berdirinya, takbiratyul-ihramnya, ruku’nya, I’tidanya, sujudnya, duduk antara dua sujudnya, sujud keduanya, tahiyat awal dan akhirnya, tama’ninahnya, tahiyat akhirnya dengan syahadahnya, selawat kepada nabinya, demikian seterusnya sampai kepada salamnya.
13.     Selain daripada rukun tiga belas itu hendaklah diamalkan “rukun hatinya” pula sebagaimana yang diajarkan oleh Imam al-Ghazali rd, iaitu: faham bacaan-bacaan, (seperti doa iftitah, fatihah, tasbih ruku’, tasbih sujud, doa antara dua sujud, bacaan dalam tahiyat awal dan akhir, dan lain-lain bacaan di dalamnya), hadhir hati dan ingat ianya berada dalam sembahyang, rasa takut terhadap Allah, rasa ta’zim dan memuliakanNya yang amat sangat, harap kepada rahmatNya, keampunanNya, dan redhaNya, serta malu terhadapNya. Dengan ini sembahyang akan berkesan; dengan itu betullah apa yang dinyatakan dalam Quran dalam ayat yang bermaksud “Sesungguhnya sembahyang itu mencegah daripada kerja-kerja yang keji dan perbuatan-perbuatan yang munkar” (Surah ‘Ankabut ayat45).
14.     Puasa pula hendaklah dengan menjaga diri daripada membatalkan puasanya dengan tidak makan dan minum dan sebagainya. Juga hendaklah dijayakan puasa dengan mengawal anggota badan kita daripada melakukan kemaksiatan dengan tangan, kaki, mata, telinga, lidah, dan kemaluan. Bahkan jangan kita melakukan kemaksiatan dengan berfikir tentang perkara-perkara yang ditegah.
15.          Membaca Quran hendaklah dilakukan dengan baik dan dengan memahami makna-maknanya misalnya sebagaimana yang ada dalam “Tafsir Pimpinan al-Rahman kepada Pengertian al-Quran”. Setiap orang pelajar sepatutnya memiliki tafsir Quran seorang sebuah. Dan hendaklah ianya dijadikan bacaan yang tetap setiap hari. Antara orang moden terkenal yang tidak renggang daripada Quran ialah penyaer Islam Muhammad Iqbal rh dari masa kecil sampai ia dewasa dan meninggal dunia.
16.          Demikian pula hendaklah para remaja mempelajari doa-doa harian supaya ianya boleh diamalkan. Dan doa adalah amalan yang sangat mendatangkan kesan selain daripada usaha kita sendiri. Bayangkan bagaimana Nabi Muhammad s.a.w. muncul dalam dunia kerana keberkatan doa Nabi Ibrahim yang bermaksud “Wahai Tuhan bangkitkanlah di kalangan bangsa Arab itu seorang rasul yang membaca kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajar kepada mereka Kitab dan Hikmah Kebijaksanaan dan menyucikan mereka (daripada kesyirikan dan kemaksiatan)”.(Surah al-Baqarah ayat 129). Doa-doa harian seperti doa-doa selepas sembahyang, doa ketika mahu membaca buku-buku pelajaran, doa-doa ketika hendak menghadapi peperiksaan, ketika menghadapi pelbagai kesusahan dalam hidup. Hendaklah amalan-amalan ini dilakukan semenjak kecil dan belia lagi. Termasuk ke dalamnya amalan-amalan zikir lepas sembahyang seperti amalan “Subhana’Llah”, “al-Hamduli’Llah”, “Allahu Akbar”, dan “la ilaha illa’Llah” , dan selawat kepada Nabi s.a.w. dan seterusnya.
Mengamalkan akhlak yang baik:
17.          Mengamalkan akhlak yang baik adalah satu daripada jalan-jalan yang paling penting dalam membentuk jiwa bertaqwa dalam diri para remaja dan belia sama ada lelaki atau wanita.
18.     Akhlak yang baik sedemikian penting sehingga dalam al-Quran Nabi Muhammad s.a.w. dipuji oleh Allah dengan menyebutnya dari segi akhlaknya, sebagaimana yang jelas dalam ayat yang bermaksud “Sesungguhnya akhlak tuan hamba sungguhnya hebat wahai Muhammad” (Surah al-Qalam ayat 4). Dan dalam hadith riwayat Abu Daud dinyatakan bahawa Nabi s.a.w. diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dan di kalangan sarjana Barat terkenal bahawa pimpinan Rasulullah s.a.w. berkesan “by sheer moral force” kerana akhlaknya yang sedemikian bertenaga.
19.     Sifat-sifat yang mulia itu hendaklah difahami dan diyakini kebaikannya bagi membentuk ketaqwaan, mulai dengan sifat-sifat yang ada pada Nabi s.a.w. sendiri – sidik (benar), amanah, tabligh (menyampaikan kebenaran) dan fatanah atau kebijaksanaan (dan kita menjadi bijaksana kerana kita menumpang kebijaksanaan Allah dan RasulNya dengan kita memahami Quran dan Sunnahnya dan kitab-kitab ulama yang menghuraikan kedua-duanya). Hendaklah kita berperagai dengan perangai yang baik seperti pemurah, ikhlas, rajin dalam kebajikan, tepat menunaikan janji, peramah, suka menolong orang yang memerlukan pertolongan, sabar, tekun dalam melakukan sesuatu  pekerjaan yang baik.
20.     Dan boleh disebutkan bahawa sebagai pelajar perlu dijaga, untuk menjaga ketaqwaan: keimanan yang kuat, pengabdian kepada Tuhan, akhlak yang mulia, mengambil berat tentangt usaha mempelajari ilmu, samaada ilmu keagamaan atau juga ilmu-ilmu lainnya yang bermanafaat dalam rangka fardhu kifayah, disiplin dalam hidup dengan penuh tertib dalam semua perkara: dalam ibadat, belajar, pergaulan, dengan guru dan ibu bapa serta kawan-kawan dan seterusnya, serta sifat gigih atau bersungguh-sungguh.
21.     Dan dalam hubungan dengan pelajar juga perlu disebut sifat-sifat taqwa sebagai pelajar: bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu kerana Allah dan kerana hendak memberi kebaikan kepada diri, keluarga dan masyarakat serta negara dan ummat Islam, bahkan ummat manusia amnya. Juga hendaklah dijayakan budaya membaca dan mencatit secara berkesan, juga budaya membeli buku bila ada kemampuan.
Menjaga aturan-aturan Syara’
22.     Selain daripada itu hendaklah para pelajar membentuk ketaqwaan diri dengan memahami aturan-aturan Syara’ dan mengamalkannya dalam hidup harian. Dengan menjaga aturan-aturan haram-halal dalam Syara’  itu maka para pelajar dan belia akan mendapat kejayaan dalam hidup dan keberkatan.
Kisah-Kisah Hidup Peribadi Utama Dalam Sejarah
23.          Antaranya dalam rangka membina ketaqwaan dalam diri hendaklah para belia mendedahkan dirinya kepada kisah-kisah kehidupan peribadi-peribadi utama dalam ummat ini seperti Nabi Muhammad s.a.w., para Sahabat, lelaki atau perempuan, para tabi’in, para pemimpin Islam, juga para ulama dan ahli pengetahuannya seperti Imam-imam yang empat, Imam al-Ghazali, ibn Khaldun, Salahud-Din Ayyubi, Iqbal, ‘Alauddin Ri’ayat Syah, Bendahara Tun Perak, dan seterusnya.
Menjaga Jatidiri Melayu Islam Sunni Nusantara
24.          Hendaklah para belia mengelak diri daripada dirosakkan jatidiri Melayu Islamnya dengan mengamalkan budaya asing seperti budaya barat atau Amerika dengan melampau-lampau memuja cara pergaulan mereka, pakaian mereka, hiburan mereka, filem mereka, minuman mereka dan budaya “celebrity” mereka. Kita perlu kembali kepada jatidiri Melayu Muslim dan berbangga dan merasa diri terhormat dengan jatidiri itu.
Maruah Diri, Keluarga,Masyarakat dan Ummat
25.          Hendaklah setiap belia merasa terpanggil untuk menjaga maruah diri sebagai Melayu Muslim di rantau Nusantara, maruah bangsanya, dan maruah masyarakat islam serta maruah keluarga. Maruah keluarga ini adalah pengajaran Quran, sebab itu bila Siti Maryam a.s. membawa Saidina ‘Isa a.s. dia ditanya “Wahai Maryam ibu bapa anda bukan orang yang jahat …” yang menunjukkan bahawa terlalu amat penting dijaga maruah keluarga. Ini berlawanan sekali dengan sikap setengah orang yang nafsi-nafsi tanpa berfikir tentang maruah diri, keluarga, bangsa dan ummat.
Kesimpulan:
26.     Jelas boleh dinyatakan bahawa ketaqwaan dalam erti menjaga diri supaya sentiasa melakukan apa yang disuruh oleh Allah dan menjauhi larangan-larangannya merupakan kunci kebahagiaan dan kejayaan hakiki dunia dan akhirat zahir dan batin peribadi dan kolektif. Ianya perlu dijaga dengan mengusahakan – dengan izin Allah – keimanan dalam diri, pengabdian kepada Allah, akhlak yang tinggi, mengelak daripada akhlak yang hina, menyuburkan budaya ilmu dalam diri dan kemahiran dalam perkara yang berguna, serta mengamalkan hidup berdisiplin dan mengadakan hubungan yang baik dengan orang-orang dalam masyarakat bermula dengan ibu bapa, para guru dan rakan-rakan. Peribadi yang penuh keimanan, ketaqwaan, keilmuan dan kemahiran serta akhlak yang baik berdisiplin tinggi seta dengan jatidiri yang kental inilah yang merupakan aset tertinggi umat ini yang menjamin kejayaan dunia dan akhirat, dari peringkat nasional sampai ke peringkat internasional dengan izin Allah.

Mencari Sahabat Di Padang Mahsyar


Suatu hari datang seorang lelaki berjumpa Rasulullah,lantas dia bertanya: Wahai Rasulullah, bilakah akan berlakunya Qiyamah?Nabi tak menjawab soalan itu,sebaliknya bertanya: Apa pula bekalan kamu untuk menghadapinya?Jawab lelaki itu: Aku tiada bekal amalan yang banyak, melainkan aku amat cintakan Allah dan RasulNYA..Nabi bersabda: Sesungguhnya seorang itu akan bersama dengan siapa yang dicintainya (المرء مع من أحب)”
- Riwayat Bukhari & Muslim


ٍYa, setiap insan akan bersama dengan siapa yang dikasihinya pada hari Mahsyar..
Anas bin Malik sebaik mendengar hadith ini berkata: Tidak ada sesuatu yang lebih menggembirakan kaum Muslimin selain dari mengetahui hadith ini..dan aku mencintai Rasulullah, Abu Bakar dan Omar dengan harapan aku dikumpulkan bersama mereka oleh Allah di hari Mahsyar,sekalipun amalanku tidak sama dengan amalan mereka..

Itu kata Anas bin Malek,seorang tabi’i..?Sekarang renung pula diri kita,Apa yang pula yang kita cintai? Kekasih hati? Artis? Pelakon Angelina Jolie & Bradpitt? Harta kekayaan dan anak-anak? pemimpin politik rasuah yang banyak bagi habuan dunia sewaktu kempen? Ataukah para ulamak dan orang-orang soleh?
Aduh,keliru..hari-hari ini dilalui dengan mendengar muzik-muzik rock kapak yang melalaikan, menonton filem lakonan pelakon pujaan Kiera Nightly yang bertubuh seksi itu , sesekali membeliakkan mata melihat tarian Aishwarya Rai dan Shahrukh Khan dalam filem hindi. Tom Cruise dan Jet Lee juga aku suka lantaran kehebatan mereka dalam melakonkan aksi ngeri..Bagaimana pula rakan-rakan aku? Apa, aku bertemankan individu yang tidak solat, culas puasa, kaki clubbing, minum arak, sesekali menghabiskan masa bersama mereka melepak-lepak di kotaraya untuk ‘cuci mata’ melihat gadis-gadis liar..
Argh,parah! Kalau macamni,masakan ada peluang untuk ku rebut tempat bersama para Anbiya’, sahabat, ulamak dan para solehin? Kuliyah-kuliyah agama terasa panas untuk dihadiri..Ayat-ayat al-Quran dah lama tidak meniti di bibir..Selawat kepada Rasulullah jarang aku lafazkan.

Ya Allah, aku dah terlalu jauh dari jalanMU, tidak langsung miliki waktu untuk muhasabah diri, ibadah aku menduduki tempat paling tercorot dalam carta kehidupan..Air mataku tidak pernah tumpah apabila mendengar ayat-ayat yang membicarakan kedahsyatan azab nerakaMU..Ampunilah segala dosaku Ya Allah..Masukkanlah aku ke dalam syurgaMU yang paling tinggi..Amin

pemandangan-dari-atas-buruj-khalifa

Pemandangan dari atas Buruj Khalifa di waktu malam