SUMBER ILMU YANG MURNI
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah berfirman dalam kitab-kitab-Nya yang mulia :
....قدجاءكم من الله نوروكتب مبين
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan”
Semoga salawat dan salam terlimpah kepada penghulu para nabi dan rasul, Nabi Muhammad s.a.w. yang telah bersabda
خيركم من تعلم القران وعلمه
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya”
Penulis awali dengan seruan “Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari segala mara bahaya dan yang ingin beribadah dengan benar, semoga Allah melimpahkan taufiq-Nya kepada kita. Untuk itu kita harus membekali diri kita dengan ilmu, sebab beribadah tanpa bekal ilmu adalah sia-sia, karna ilmu adalah pangkal dari segala perbuatan”.
Perlu diketahui bahwa ilmu dan ibadah adalah dua matarantai yang saling berkait, Karna pada dasarnya segala yang kita lihat, kita dengar dan kita pelajari adalah untuk ilmu dan ibadah. Dan untuk ilmu dan ibadah itulah Al-Qur’an diturunkan. Juga rasul-rasul dan nabi-nabi diutus oleh Allah hanya untuk ilmu dan beribadah, Bahkan Allah menciptakan langit, bumi dan segenap isinya hanya untuk ilmu dan ibadah.
Renungkan Firman Allah Dibawah Ini
الله الذى خلق سبع سموت ومن الارض مثلهن يتنزل الامر بينهن لتعلمو
اان الله على كل شىء،وان الله قداحا ط بكل شىءعلما
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu “
(At-Thalaq :12)
Dengan merenungkan keberadaan langit dan bumi, diharapkan kita akan memperoleh ilmu darinya. Dengan menyimak ayat diatas kiranya sudah cukup menjadi bukti bahwa ilmu itu mulia. Lebih-lebih ilmu Tauhid, Sebab dengannya kita dapat mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya.
Juga renungkan firman Allah dibawah ini :
وما خلقت الجن والانش الاليعبدون
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” . (Adz-Dzariat :56)
Semakin jelas kini bahwasanya manusia harus memiliki ilmu dan beribadah, dan ilmu adalah lebih utama sebab, ilmu merupakan inti dan petunjuk dalam menjalankan ibadah, bagaimana pula kita menjalankan ibadah jika tidak tau caranya apalagi tidak tau tujuan dan hakekat sebenarnya.
Perhatikan sabda Rasulullah s.a.w berikut :
العلم اما م العمل والعمل تا بعه
Ilmu adalah imamnya amal, dan amal adalah makmumnya.
(Tulisan diatas adalah Kutipan Karya Imam Al Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin)
Alasan bahwa ilmu adalah inti atau pokok yang harus didahulukan daripada ibadah, ada dua. Pertama, agar berhasil dan benar dalam beribadah. Harus diketahui terlebih dahulu siapa yang harus disembah, baru kemudian kita menyembahnya. Apa jadinya jika kita menyembah, sedangkan yang kita sembah itu belum kita ketahui asma’ dan sifat-sifat dzat-Nya, serta sifat wajib dan mustahil bagi-Nya? Sebab kadang-kadang seseorang menge’tikatkan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya, maka ibadah yang demikian itu adalah sia-sia. Yang kedua agar tidak mudah tertipu oleh syaitan.
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia. Sehubungan dengan pentingnya ilmu bagi ibadah kita, maka Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai bimbingan.
الحمدلله الذى انزل عل عبده الكتب ولم يجعل له عوجا , قيما
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab(Al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya, sebagai bimbingan yang lurus.” (Al-Kahfi :1-2)
Oleh sebab itu hendaklah kita senantiasa mermbaca Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai dasar atau pedoman dalam hidup tentunya dengan berusaha memahami isi bacaan tersebut.
ولقد يسنرنا القرءان للذكر فهل من مدكر
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran”. (Al-Qomar :17)
Sudah jelas bagi kita tentang fungsi Al-Qur’an,dan Allah sudah memudahkannya bagi kita yaitu dengan menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa yang jelas (bahasa arab) yaitu bahasa yang paling fasih agar kita mudah memahaminya. Akan tetapi ada saja alasan bagi orang-orang yang kurang mengerti atau lemah keimananya untuk menentang hal ini dengan dalih tidak bisa berbahasa arab. Padahal Allah lebih tau tentang kelemahan kita oleh sebab itu Allah memberikan hidayah kepada orang-orang pilihannya untuk menterjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa kita (bahasa Indonesia) yang dimaksud adalah ulama-ulama tafsir. Buktinya sekarang ada tafsir departemen agama. Akan tetapi kenapa kebanyakan kita tetap membangkang dengan dalih yang lain yaitu bahwa kita tidak boleh sembarangan menafsirkan Al-Qur’an karna bisa berbahaya, Alasan-alasan semacam itu sangat tidak akurat. Yang sebenarnya kita diwajibkan membacanya, dan tahu apa yang kita baca (bisa melalui terjemahannya), ambil yang dapat kita fahami seperti ayat-ayat mukhammat (ayat-ayat yang jelas) yang isinya adalah pokok-pokok ajaran islam. Dan yang tidak bisa kita fahami bertanya kepada ahlinya atau serahkan kepada Allah. Terutama ayat-ayat mutasyabihat. Dan ayat-ayat mutasyabihat ini mesti ditafsirkan dengan teliti tentunya melalui dukungan-dukungan hadist-hadist atau dengan kesepakatan para ahli tajwit atau ahli tafsir dibidangnya.
“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Diantara(isi)nya ada yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata;”kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semua itu dari sisi Tuhan kami.”dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Ali ‘Imron ; 7)
Saudara-saudaraku yang inginkan kebaikan dalam ibadahnya. Penulis merasa alasan dan fakta diatas, cukup untuk membuka mata hati dan fikiran kita tentang Al-Qur’an yaitu tentang kewajiban membacanya.
Baiklah agar lebih jelas dan terperinci, penulis akan membagi bahasan ini dalam beberapa bagian yang berhubungan dengan kewajiban kita (umat islam) terhadap Al-Qur’an yaitu sebagai berikut.(Kewajiban umat islam terhadap Al-Qur’an dalam buku “Keagungan Al-Qur’an Al Karim”.oleh Syekh Mahmud bin Ahmad bin Saleh Al Dosari,Da’I resmi wakaf da’wah dan bimbingan islam Saudi Arabia).
1. Beriman Kepada Al-Qur’an
2. Memelihara dan menjaganya
3. Membacanya
4. Mentadabburi ayat-ayatnya
5. Mengamalkan isinya
6. Menjaga adab tatakrama terhadapnya
7. Menda’wahkan dan menyampaikan pesan-pesannya
1. Beriman Kepada Al-Qur’an
Sesungguhnya langkah pertama yang harus dilakukan oleh pembaca Al-Qur’an adalah dia mengimaninya terlebih dahulu
ءامن الر سول بمااانزل اليه من ربه , والمؤمنون
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya, demikian pula orang-orang yang beriman”. (Al-Baqaroh :285)
Dan sesungguhnya iman yang hakiki adalah suatu kepercayaan yang diyakini didalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.Dan apabila seseorang itu sudah beriman kepada Al-Qur’an dengan keimanan yang sebenarnya maka ia akan selalu membacanya dan dengan bacaan yang sebaik-baiknya pula.
Sudah pasti apabila ditanya kepada sesorang islam tentang imanya kepada kitab suci Allah itu, merka menjawab bahwa mereka beriman. Dan untuk membuktikan kesungguhan keimanan mereka dapat kita lihat apakah mereka suka membaca Al-Qur’an ?. atau apakah mereka suka mendengarkan bacaan Al-Qur’an ? atau tidak kenal Al-Qur’an sama sekali.
الذين ءاتينهم الكتب يتلونه حق تلاوته , أولئك يومنون به
“Orang-orang yang telah kami berikan Al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu telah beriman kepadanya”.
(Al-Baqaroh :121)
2.Memelihara Dan Menjaganya
Yang dimaksud dengan memelihara dan menjaga kitab Al-Qur’an bukanlah sekedar hanya menyimpan mushabnya dilemari kaca, menyusunnya dengan rapi dirak-rak yang indah, atau mengukirnya dikalung, gelang, atau menghiasinya dengan renda didinding atau dan sebagainya. Akan tetapi arti dari memelihara disini jauh dari pengertian lahiriahnya semata. Melainkan memeliharanya didalam dada, memahami ayat-ayat yang dibaca terbebas dari kelalaian ataupun melampaui batas tidak juga melakukan bid’ah merendahkan dan mengolok-oloknya.
Kewajiban umat islam yang paling asasi terhadap kitab Al-Qur’an adalah memelihara dan menjaganya seperti sabda Rasulullah s.a.w. seperti yang diriwayatkan oleh Thalhah, ia berkata,”Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Abi Aufa, apakah nabi pernah berwasiat?.”Dia menjawab,”Tidak.”Aku berkata.”Tapi telah ditulis wasiat itu untuk manusia, mereka diperintahkan untuk melaksanakan wasiat itu,bagaimana mungkin beliau tidak berwasiat?.”Dia berkata, “Beliau berwasiat (untuk menjaga dan mengamalkan) kitab Allah.”(H.R.Bukhari,3/1619, hadist no;502)
3. Membacanya
Telah datang perintah Ilahi, untuk membaca Al-Qur’anul karim di banyak ayat dalam kitab-Nya. Diantaranya firman Allah SWT :
واتل ما أوحى اليك من كتا ب ربك لامبدل لكلمته , ولن تجد من دونه,ملتحد
“Dan bacakanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.” (Al-Kahfi :27)
walaupun secara tekstual perintah ini ditujukan kepada Rasulullah s.a.w, tapi pada saat yang sama perintah-Nya ditujukan pula bagi para pengikutnya. Hal ini diperkuat oleh ayat yang lain :
فا قرء وا ما تيسر منه
“Karna itu bacalah yang mudah bagimu dari Al-Qur’an” (Al-Muzzammil ; 20)
Allah telah mewajibkan membaca ayat-ayat yang mudah dari Al-Qur’an, baik dalam keadaan sakit maupun dalam keadaan sehat wal’afiat. Dalam keadaan bekerja untuk mencari rejeki apalagi dalam keadaan santai, dalam keadaan perang apakan lagi dalam keadaan damai dan tenang. Firman Allah SWT sebagai berikut :
علم أن سيكومن منكم مرضى وءاخرون فى الارض يبتغون من فضل الله وءاخرون
فى سبيل الله فاقرءواماتيس منه
“Dia mengetahui bahwa akan ada diantaramu orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian kurnia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang dijalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an.”
(Al-Muzzammil : 20)
4. Mentadabburi Ayat-ayatnya
Substansi dari tilawah Al-Qur’an bukanlah seorang membacanya berulangkali tanpa mengetahui arti yang ia baca. Namun seyogyanya Al-Qur’an itu dibaca dengan tadabbur walaupun sedikit jumlah yang ia baca. Maka yang demikian itu lebih utama daripada orang yang membacanya secara cepat dan tergesa-gesa.
Allah mencela orang yang tidak membuka akal dan hatinya untuk memahami Al-Qur’an; hikmah, nasihat dan syariat-syariatnya.
Allah SWT berfirman :
افلا يتدبرون القرءان أم على قلوب أقفا لها
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka teerkunci ?.”
(Muhammad ; 24)
Banyak ayat-ayat didalam Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa ayat-ayat yang kita baca adalah supaya kita merenungi, mentadabburi, berfikir dan memahami maknanya, seperti firman Allah SWT :
كذ لك يبين الله لكم ءايته, لعلكم تعقلون
“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat_Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.” (Al-Baqaroh; 242)
Saudara-saudaraku yang beriman. Sesungguhnya membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an bukanlah tujuan utama, melainkan ia merupakan sarana yang akan menghantar kepada tujuan. Sesungguhnya orang-orang musyrik dulu juga telah mendengarkan bacaan Al-Qur’an, akan tetapi mereka berlalu begitu saja tanpa pengaruh sedikitpun didalam hati mereka, seperti yang banyak dialami oleh sebagian kaum muslimin saat ini, mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’an bahkan setiap hari membacanya akan tetapi tidak berbekas sama sekali kepadanya. Pendusta tetap dalam kedustaannya, orang yang terbiasa dengan riba tetap dengan aktifitas ribanya, orang yang fasik tetap dengan kefasikannya, orang yang berbuat syirik tetap dengan kesyirikannya, Dan seterusnya. Sesungguhnya hal semacam ini suatu kesalahan yang besar.
5. Mengamalkannya
mengamalkan isi ayat Al-Qur’an yang agung itu, merupakan puncak tertinggi dari kewajiban umat islam, itu adalah tujuan yang sebenarnya atas diturunkannya Al-Qur’an.
وهدا كتب انزلنه مبارك فا تبعوه واتقوا لعلكم ترحمون
“Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (Al-An’aam ; 155 )
diantara bencana terbesar yang menimpa kaum yahudi, adalah karena mereka mencukupkan diri dengan membaca dan mendengarkan bacaan Taurat tanpa diikuti dengan pengamalan, maka Allah menyerupakan mereka dengan keledai.
مثل الذين حملوا التورـه ثم لم يحملوها كمثل الحماريحمل أسفارا بئس مثل القوم
الذين كذبوا بئايت الله والله لا يحدىالقوم الظلمي
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Turat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (Al-Jum’ah ; 5 )
Berkata Ibnul qoyyim rahimahullah. Perumpamaan ini meskipun ditujukan kepada orang-orang yahudi namun maknanya meluas kepada orang-orang yang telah diturunkan Al-Qur’an dan dia tidak mengacuhkannya dan enggan untuk melaksanakannya.
Dan kebanyakan dari umat islam sekarang terutama didaerah kita mereka mengetahui ilmu tidak dari Al-Qur’an melainkan dari sumber-sumber lain, sedangkan mengenai Al-qur’an, mereka hanya mengenal tilawahnya saja.
Nabi s.a.w, telah memperingatkan kepada sahabatnya, agar tidak berbuat seperti orang-orang yang datang sesudah mereka, yang membaca Al-Qur’an, tetapi bacaan mereka hanya memenuhi tenggorokan mereka saja, yang hanya sekedar memenuhi lubang suara tanpa pernah mereka memahami atau mengamalkannya.
يخرج في هذه , الأمه - ولم يقل منه , قوم تحقرون صلا تكم مع صلا تهم , يقرؤون القران لا
يجا وز حلو قهم , أو حنا جرهم , يمرقون من الذ ين مروق السهم من الرميه
“Akan keluar pada umat ini (Beliau tidak mengatakan dari umat ini), sekumpulan orang yang meremehkan sholat kalian dengan sholat mereka, mereka membaca Al-Qur,an yang tidak melebihi kerongkongannya atau tenggorokannya saja. Teramat cepat mereka keluar dari agama mereka, seperti keluarnya anak panah dari busurnya.”
(H/R Bukhari, 4/2164, hadist no ;6913)
6.Menjaga Adab Tatakrama Terhadapnya
Adab adab tilawah Al-Qur’an ada dua yaitu adab bathiniah dan adab lahiriah. Dalam hal ini akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
1. Adab Bathiniah meliputi
Mengetahui sumber kalam (perkataan)-Nya; demikian akan membimbing kita untuk selalu merasai keagungan dan ketinggian kalam yang kita baca serta merasakan karunia Allah dan kasih sayang-Nya terhadap manusia.
Mengagungkan Zat yang telah menurunkan Al-Qur’an, tanamkan dalah diri bahwa yang kita baca adalah bukan perkataan manusia. Melainkan Allah sedang berkata-kata kepada kita.
Menghadirkan hati sewaktu membacanya karna orang yang mengagungkan kalam Allah , dia merasa senag sewaktu membacanya selalu merindukan dan tidak akan melalaikannya.
Memahami isi ayat yang terkandung didalamnya atau mentadabburinya.
Mengondisikan hati sesuai dengan ayat yang dibaca, ayat tentang kiamat mestilah kita merasa takut. Ayat tentang berita gembira tentulah kita senang karna perbuatan kita sesuai dengan perbuatan orang-orang yang akan menerima karunia itu, atau sebaliknya.
Tanamkan perasaan bahwa semua perkataan dalam Al-Qur’an ditujukan kepada dirinya.Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam perkataannya “ jika kamu ingin mengambil manfaat dari Al-Qur’an maka hadirkan hatimu ketika membacanya dan mendengarkannya, buka lebar-lebar telingamu dan rasakanlah seolah-olah Allah berbicara langsung denganmu.
Hadirkan getaran hati dari sir yang memancarkan ketakutan, kesedihan, senang, malu dan sebagainya.
Menjauhkan diri dari dosa-dosa yang dapat menghalangi diri dan hati dari kefahaman tentang Al-Qur’an.
Membuang kesombongan atau bangga diri karna tiada daya dan upaya melainkan hanya kekuatan Allah semata dan ayat yang kita baca adalah ayat dari Allah SWT.
2. Adab Lahiriah
Meluruskan niat. Untuk apa kita membaca AL-Qur’an itu.
Bersuci atau yakin dengan kesucianya baik diri kita maupun tempatnya serta menutup aurat.
Memilih tempat disesuaikan dengan kondisi tertentu yang baik untuk membaca Al-qur’an
Memegang mushab dengan tangan kanan atau dengan kedua tangan atau meletakkannya sejajar atau lebih tinggi dari pusat, kendatipun mushab Al-qur’an hanyalah tulisan-tulisan saja, akan tetapi adab ini termasuk kesopanan mengingat isi kandungan ayatnya adalah pedoman hidup yang mesti kita junjung tinggi.
Membaca Ta’awuzd dan Basmalah,membaca sodakollahul’aziim pada ahir membacanya.
Meletakkan mushab ditempat yang baik, atau menulisnya pada tempat-tempat yang layak dan tidak menjadikan ayat-ayat Allah sebagai penghinaan terhadap Allah, misalnya menggunakan ayat-ayat atau tulisan-tulisannya untuk ajimat atau untuk kezaliman, atau untuk dikalungkan keleher, atau umtuk pelaris dagangan atau untuk penjaga rumah dsb. atau dijadikan bahan senda gurauan dan sebagainya.
Memperindah suara. Artinya kita sudah menghiasi Al-Qur’an dengan suara yng indah. Berhati-hatilah dengan pemahaman ini, jagan sampai keindahan suaramu menjadikan ayat Al-Qur’an menjadi tiada arti lantaran orang yang mendengarkannya lebih cenderung kepada suaramu oleh sebab itu rendahkanlah.
Merendahkan suara dan tidak mencampur adukkan ayat-ayat Allah dengan suatu keharaman seperti musik, mengingat bahwa musik merupakan seruling syaitan, sama halnya dengan merendahkan Ayat suci Al-Qur,an, orang yang mendengar lebih dominan kepada musiknya dan ayat-ayat Allah itu menjadi tiada arti tenggelam oleh seruling-seruling Syaitan.
Perlahan-lahan membacanya dengan tajwit yang benar
Tidak mengabaikannya. Rasulullah pernah mengadu kepada Allah tentang umatnya yang mengabaikan Al-Qur’an yaitu mereka meninggalkan Al-Qur’an dengan tidak menaati isinya yang agung. Misalnya tentang isinya yang menjelaskan perkara halal dan haram akan tetapi tiada yang mau mengindahkannya.
Tidak memberikan mushabnya kepada orang yang tidak mengerti kesuciannya.
Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah. Adab lahir dalam membaca Al-Qur’an sangat tdk terbatas,meliputi segala bentuk-bentuk penghormatan secara islami kepada sesuatu yang sangat berharga disertai rasa tunduk dan patuh kepada yang selalu mengawasi yaitu Allah subhanahuwata’ala baik mengenai tatacara atau adab membacanya juga adab terhadap mushabnya..
Demikian secara singkat pengetahuan kita tentang Al-Qur-an mudah-mudahan menambah keyakinan kepada kita semua tentang arti pentingnya Al-Qur’an sebagai pegangan hidup sebagai sumber ilmu mengenal diri dan alam. Yang sudah barang tentu kita harus berpegang teguh kepadanya, jika benar-benar kita hendak beragama, sebab Al-Qur’an adalah benar-benar Kalamullah. Allah SWT akan memberi kefahaman tentang ketauhidan kepada orang-orang yang dia kehendaki. Dan Allah akan menunjukkan jalan kepada orang-orang yang betul-betul mencari jalan kepada keredhoan-Nya.
Sumber:
http://www.lailahaillallah.com/blog/