"Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah: 169).
“Wahai orang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidik (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menyebabkan kamu menyesali perkara yang kamu lakukan.” (Surah al-Hujurat, ayat 6)
Di kemaskini post pada 04/02/2021 Pada jam 23:40pm Kuala Lumpur

Saturday, April 30, 2011

Sebab-sebab iman menjadi lemah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsDgdDbp6ORthvvq9EnlKXuliMeWT4N8iH9ZR3YRi0aydIMo8dvd1jv5HKilROU8FogyByd3Q0l9gWlutz0zstBvPDgOiIWZDrEUFdwURUHM46hyphenhyphenqctmGN2DVg1GmBxS7rMJ0w1dbKzhx9/s640/Bism013-h.JPG
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai yang dianggap dosa kecil. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya.
Seperti sabda Rasulullah, “.barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”.
Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran.
teman yang baik adalah teman yang bisa mendekatkan diri kita dengan Allah
Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab.Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi.mari saling mengingatkan dan menyebarkan kebaikan serta berusaha sungguh2 mengamalkannya.Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung disisi Allah.
Rujukan :
http://www.lailahaillallah.com/

Sama-sama masuk neraka


http://www.lailahaillallah.com/file/attachment/2011/04/2d179d15b5a25334a726ebd45f99452e_thumb.jpg
Oleh : Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ ».
Dari Abi Bakrah Nufai’ ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
”Jika ada dua orang muslim berhadapan dengan membawa pedang masing-masing (mau saling membunuh), maka yang membunuh dan yang dibunuh sama-sama masuk Neraka. ”Aku bertanya: ”Ya Rasulullah ,kalau yang membunuh itu memang sudah sepantasnya (masuk neraka) tetapi bagaimana dengan yang dibunuh? ’Beliau mennjawab: ”Sesungguhnya dia juga berkeinginan keras untuk membunuh lawannya itu.”
(Mutafaq ‘alaihi,diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan lafazh di atas dari riwayat imam Muslim (2888))
Kosa kata asing:
• الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ : Dua orang muslim bertemu dan masing-masing bertujuan untuk membunuh lawannya.
Kandungan hadits:
• Barangsiapa yang berkeinginan keras untuk berbuat maksiat dengan sepenuh hati dan melakukan sebab-sebab maksiat (hal-hal yang menjurus kearah maksiat tersebut), maka dia berhak mendapatkan siksaan, dan urusannya terserah Allah, jika mengheendaki, Dia akan mengadzabnya, atau akan mengampuninya. Berdasarkan hal itu maka keinginan yang keras itu kedudukannya seperti perbuatan yang sempurna, apabila seseorang tidak mampu merealisasikannya atau menyempurnakanya (seperti orang yang mau mencuri dan telah mencongkel jendela rumah yang akan dicuri kemudian saat dia mau mencuri dia mendengar suara petugas keamanan dan saat itu dia takut dan mengurungkan niat mencurinya,maka dia mendapatkan dosa orang yang mencuri walaupun tidak jadi mencuri ,ed). Sebagaimana yang telah saya jelaskan dalam kitab saya, ”Haadir Ruuh ilaa Ahkaami Taubatin Nasuuh” bab taubat orang yang tidak mampu.
• Detikan hati dan bisikan-bisikan jiwa termasuk hal yang dimaafkan.Adapun firman Allah Ta’ala :
وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ{284}
“Dan jika kamu menampakkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendakinya Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”(QS Al-Baqarah:284)
Maka ayat yang mulia ini telah dimansukh (dihapus) hukumnya oleh firman Allah Ta’ala :
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ}…286{
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.Dia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan dia mendapat siksaan (dari kejahatan)yang dikerjakannya.”(QS.Al-Baqarah:286)
• Peringatan agar mewaspadai sikap saling berperang sesama kaum muslimin sebab hal itu dapat menjadikan mereka lemah, gagal dan mendapatkan kemurkaan Allah.
• Yang dimaksud dengan peperangan yang dilarang yang didasarkan karena kepentingan duniawi, karena suatu kebodohan, kesewenangan, kezhaliman atau mengikuti hawa nafsu.Yang dimaksud di sini bukanlah perang untuk membela kebenaran atau melawan kelompok yang sewenang-wenang, sehingga kembali kepada perintah Allah. Sebab seandainya menjauhkan diri dan tidak berperang, menetap di rumah-rumah dan menyarungkan senjata itu wajib dilakukan dalam setiap perbedaan yang terjadi dikalangan kaum muslimin, niscaya tidak akan ditegakkan hukum had, dan kebathilan tidak akan diberantas, dan niscaya kaum fasik akan dengan mudah mendapatkan jalan untuk merampas harta orang lain, menumpahkan darah, merebut istri orang, dan merusak kehormataan dengan cara memerangi kaum muslimin, lalu kaum muslimin diam dan menahan tangan mereka (tidak memerang mereka) dengan berdalih bahwa ini adalah fitnah yang mana yang kita dilarang berperang di dalamnya. Hal tersebut jelas bertentangan dengan perintah untuk membalas serangan orang-orang bodoh dan memerangi orang-orang zhalim dan sewenang-wenang.
• Masuknya seseorang kedalam neraka tidak mesti kekal di dalamnya. Hadits diatas tidak bisa dijadikan dalil bagi kaum khawarij (golongan yang mengkafirkan pelaku maksiat) dan tidak pula bagi kaum mu’tazilah (golongan yang tidak mengkafirkan pelaku dosa besar tetapi menempatkan mereka pada kedudukan diantara dua kedudukan (tidak muslim tidak kafir) tetapi mereka sama dengan khawarij dalam menghukumi mereka, yaitu kekekalan di dalam Neraka Jahanam). Sedangkan Ahlussunah wal Jama’ah tidak mengkafirkan seorangpun karena dosa yang dikerjakannya, selama ia tidak menghalalkannya.
Dengan penjelasan di atas maka jelaslah maksud dari dua hadits diatas, yaitu hadits tentang “pembunuh dan yang dibunuh masuk neraka” dan hadits tentang “pembunuh dan yang dibunuh masuk surga”. Dan bahwasanya tidak ada pertentangan di antara keduanya.
Wallahu A’lam.
(sumber:Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhus Shalihin hal 42-43 (edisi arab),syarah Riyadhus Shalihin terjemahan pustaka Imam Syafi’i hal49-51 dengan sedikit perubahan.) (oleh Abu yusuf)