وقَولُ أَعلاَمِ الْهدى لاَ يُعمَلُ * بقَولنا بِدون نصٍّ يُقْبلُ
فيه دليلُ الأَخذ بِالْحديثِ * وذَاك في الْقَديمِ والْحديثِ
Dalam pendapat kami: Perkataan para Tokoh Islam tidaklah boleh diamalkan,
bila tidak ada dasar dari nash yg diterima (ke-shohih-annya)
Ini merupakan dalil wajibnya mengambil hadits Nabi,
dari zaman dulu hingga sekarang ini
قَالَ أَبو حنيفَةَ الإِمامُ * لاَ ينبغي لمن له إسلاَمُ
أخذٌ بأَقْواليَ حتى تُعرضَا * علَى الْكتابِ والْحديثِ الْمرتضَى
Imam Abu Hanifah mengatakan:
Tidak sepantasnya bagi seorang muslim,
mengambil pendapat-pendapatku hingga ia cocokkan
dg Alkitab dan hadits yg diridloi (ke-shohih-annya).
ومالكٌ إمام دارِ الْهِجرةِ * قَالَ وقَد أشار نحو الْحجرةِ
كُلُّ كَلاَمٍ منه ذُو قَبولِ * ومنه مردودٌ سوى الرسولِ
Sambil menunjuk ke arah kamar (makam Rosul)
Imam Malik mengatakan:
“Setiap perkataan bisa diterima dan bisa pula ditolak,
kecuali perkataan Rosul”.
والشافعيُّ قَالَ: ِإن رأيتمُ * قَولي مخالفًا لما رويتمُ
من الْحديثِ فَاضرِبوا الجدارَ * بقَوليَ الْمخالفِ الأَخبارَ
Sedang Imam Syafi’I mengatakan: “Jika kalian melihat perkataanku
menyelisihi hadits yg kalian riwayatkan,
maka campakkanlah ke dinding
perkataanku yang menyelisihi hadits itu”
وأحمدُ قَالَ لهم لاَ تكْتبوا * ما قُلْتُه، بلْ أَصلُ ذَلك اطْلُبوا
Adapun Imam Ahmad, beliau mengatakan: “Jangan kalian menulis perkataanku,
akan tetapi carilah sumber/dasar dari perkataan itu.
فَاسمعْ مقَالاَتِ الْهداةِ الأَربعة * واعملْ بها فإِنَّ فيها منفَعة
لقَمعِها لكُلِّ ذي تعصُّبِ * والْمنصفُونَ يكْتفُونَ بِالنِبي
Dengarkanlah perkataan para imam 4 pembawa petunjuk ini dan terapkanlah,
karena sesungguhnya di dalamnya terdapat faedah
Ia dapat membungkam setiap orang yg fanatik.
Adapun mereka yg obyektif, mereka akan mencukupkan diri dg Nabi.
(Madinah, 30 /04 / 1433 = 22 / 02 2012)