Ketika Nabi Ibrahim menempatkan putranya yang masih bayi, yakni Ismail, dan istrinya, yaitu Siti Hajar, di suatu lembah yang dikenal dengan sebutan Bakka. Istrinya bertanya, “Allahu amaraka bihaadza (Apakah ini perintah Allah)?”, Ibrahim menjawab, “Ya.” Mendengar jawaban ini, Sti Hajar berkata, “Kalau begitu aku merasa tenang karena aku yakin Allah tidak akan meninggalkanku.”
Lembah Bakka merupakan suatu tempat yang sangat tandus, di sana tidak terdapat pepohonan dan sumber air, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Allah menggambarkannya dalam Surat Ibrahim (14) ayat 37 dengan ungkapan bi waadin ghairi dzii zar’in, artinya lembah yang tidak ada pepohonan. Kalimat ini menunjukkan bahwa tempat tersebut secara lahiriah bisa menyebabkan kematian.
Tidak lama setelah Nabi Ibrahim meninggalkannya, Sitir Hajar melihat anaknya menangis kehausan. Hajar berikhtiar mencari sumber air. Ia berlari ke bukit Shafa karena terlihat seperti ada genangan air, ternyata tidak ada apa-apa, itu hanya fatamorgana. Hajar menoleh ke belakang, ia melihat lagi seperti ada genangan air di bukit Marwah, ia pun berlari menuju tempat itu, ternyata tidak menemukan apa-apa, itupun hanya fatamorgana.
Hajar tidak putus asa, ia bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah sampai merasakan kelelahan yang luar biasa. Akhirnya, ia kembali menghampiri putranya yang terus-menerus menangis, dan ... subhanallah ternyata dari dekat kaki putranya yang tengah meronta keluar mata air yang jernih dan sampai sekarang air itu masih terus mengalir, yang dikenal dengan sumur Zamzam.
Peristiwa ini mengajarkan pada kita bahwa keyakinan akan pertolongan Allah, doa, serta ikhtiar adalah tiga hal yang tidak terpisahkan. Dalam setiap keadaan, sesulit apa pun itu, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah bahwa Allah Yang Maha Berkuasa akan menolong kita, Allahlah satu-satunya sumber pengharapan dan tempat bergantung kita.
Keyakinan akan adanya pertolongan dan kekuasaan Allah ini kemudian ditindaklanjuti dengan kekhusuan berdoa. Doa merupakan gambaran kedekatan hamba dengan Allah swt. dan gambaran bahwa kita yakin hanya Allah tempat bergantung dan yang bisa menyelesaikan kesulitan yang kita hadapi. Jangan pernah berhenti untuk berdoa, berdoa, dan berdoa.
Jangan lupa, doa yang tulus harus dibarengi dengan ikhtiar yang tiada henti, usaha yang tiada lelah, dan kerja keras yang tak pernah padam. Siti Hajar yakin kalau Allah akan menolongnya, namun ia tidak berpangku tangan menunggu pertolongan Allah. Siti Hajar berlari bolak-balik dari Shafa ke Marwah, dan dari Marwah ke Shafa, ia kerahkan segala daya dan usahanya untuk mendapatkan apa yang dicarinya.
“… Berusahalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat usahamu …” (Q.S. At-Taubah 9:105)
“… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S. Ar-Ra’du 13: 11)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fushshilat 41: 46).
Kalau sudah berikhtiar dan berdoa ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa di balik semua kegagalan pasti ada hikmah yang lebih baik. Boleh jadi kita membenci sesuatu, namun di balik itu ada hikmah kebaikan. Sebaliknya, boleh jadi kita menyukai sesuatu, namun di balik itu ada keburukan. Karenanya, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah, bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik untuk kita.
“… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah 2: 216)
Siap menerima hasil apa pun setelah kita berdoa dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh.Inilah yang disebut percaya kepada takdir Allah yang baik ataupun yang buruk. Percaya kepada takdir akan melahirkan jiwa syukur saat kita sukses dan akan bersabar saat kita mengalamikegagalan. Itulah hubungan antara doa, ikhtiar, dan percaya kepada takdir.
Wallahu a’lam
Lembah Bakka merupakan suatu tempat yang sangat tandus, di sana tidak terdapat pepohonan dan sumber air, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Allah menggambarkannya dalam Surat Ibrahim (14) ayat 37 dengan ungkapan bi waadin ghairi dzii zar’in, artinya lembah yang tidak ada pepohonan. Kalimat ini menunjukkan bahwa tempat tersebut secara lahiriah bisa menyebabkan kematian.
Tidak lama setelah Nabi Ibrahim meninggalkannya, Sitir Hajar melihat anaknya menangis kehausan. Hajar berikhtiar mencari sumber air. Ia berlari ke bukit Shafa karena terlihat seperti ada genangan air, ternyata tidak ada apa-apa, itu hanya fatamorgana. Hajar menoleh ke belakang, ia melihat lagi seperti ada genangan air di bukit Marwah, ia pun berlari menuju tempat itu, ternyata tidak menemukan apa-apa, itupun hanya fatamorgana.
Hajar tidak putus asa, ia bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah sampai merasakan kelelahan yang luar biasa. Akhirnya, ia kembali menghampiri putranya yang terus-menerus menangis, dan ... subhanallah ternyata dari dekat kaki putranya yang tengah meronta keluar mata air yang jernih dan sampai sekarang air itu masih terus mengalir, yang dikenal dengan sumur Zamzam.
Peristiwa ini mengajarkan pada kita bahwa keyakinan akan pertolongan Allah, doa, serta ikhtiar adalah tiga hal yang tidak terpisahkan. Dalam setiap keadaan, sesulit apa pun itu, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah bahwa Allah Yang Maha Berkuasa akan menolong kita, Allahlah satu-satunya sumber pengharapan dan tempat bergantung kita.
Keyakinan akan adanya pertolongan dan kekuasaan Allah ini kemudian ditindaklanjuti dengan kekhusuan berdoa. Doa merupakan gambaran kedekatan hamba dengan Allah swt. dan gambaran bahwa kita yakin hanya Allah tempat bergantung dan yang bisa menyelesaikan kesulitan yang kita hadapi. Jangan pernah berhenti untuk berdoa, berdoa, dan berdoa.
Jangan lupa, doa yang tulus harus dibarengi dengan ikhtiar yang tiada henti, usaha yang tiada lelah, dan kerja keras yang tak pernah padam. Siti Hajar yakin kalau Allah akan menolongnya, namun ia tidak berpangku tangan menunggu pertolongan Allah. Siti Hajar berlari bolak-balik dari Shafa ke Marwah, dan dari Marwah ke Shafa, ia kerahkan segala daya dan usahanya untuk mendapatkan apa yang dicarinya.
“… Berusahalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat usahamu …” (Q.S. At-Taubah 9:105)
“… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S. Ar-Ra’du 13: 11)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fushshilat 41: 46).
Kalau sudah berikhtiar dan berdoa ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, yakinlah bahwa di balik semua kegagalan pasti ada hikmah yang lebih baik. Boleh jadi kita membenci sesuatu, namun di balik itu ada hikmah kebaikan. Sebaliknya, boleh jadi kita menyukai sesuatu, namun di balik itu ada keburukan. Karenanya, kita harus selalu berprasangka baik pada Allah, bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik untuk kita.
“… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah 2: 216)
Siap menerima hasil apa pun setelah kita berdoa dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh.Inilah yang disebut percaya kepada takdir Allah yang baik ataupun yang buruk. Percaya kepada takdir akan melahirkan jiwa syukur saat kita sukses dan akan bersabar saat kita mengalamikegagalan. Itulah hubungan antara doa, ikhtiar, dan percaya kepada takdir.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment